Kamis, 05 Maret 2015

menanti dia benar-benar pulang.

aku tak pernah menyalahkan waktu yang membawanya menjadi terasa asing seperti ini.
aku tak pernah menyalahkan kepura-puraan yang ia tawarkan di awal sana.
karena aku hanyut karenanya.

satu hal tentang kejujuran,
aku hanya jatuh cinta pada kepura-puraan yang ia lakukan serba maksimal itu.
perhatian, kasih sayang, inisiatif, kesabaran, toleransi, dan pengertian yang mengalahkan segala.

dulu, betapa bencinya aku pada jarak. betapa takutnya aku untuk memulai kisah baru bahkan dengannya. tapi tiap kalimat lembut yang mungkin memang tulus, memang dihembuskan dengan cinta. membuat segala ketakutan, kebencian akan jarak musnah begitu saja tanpa jejak.

aku begitu jatuh cinta padanya.
caranya berkata.
caranya menatap.
caranya memperdulikanku.
caranya tersenyum.
caranya menegur.
bahkan sabarnya yang tak pernah surut.
dengan sikap kekanak-kanakanku. dengan minimnya sabarku.
dan aku selalu merasa dicinta sedemikian besar.
dikasihi sehebat yang ia lakukan.
demi Tuhan, selain Ayahku, tak pernah aku merasakan diperlakukan seperti seorang Ratu.

entah bahagimana tangan Tuhan mengirimkannya hanya untukku.

keberuntungan hanya milikku saat itu.
sebabnya hanya satu. DIA!
aku begitu merasa dicintai Tuhan hingga ia menurunkan malaikat baik untukku.
tuhan mengkasihaniku juga mungkin.

hari hingga ke bulan terlalu tergesa-gesa rasaku.
apa karena ia yang mengubah malaikatku?
mengubah cintanya yang dulu terasa penuh, kini tersisa seadanya.
yang kalimatnya dulu selalu mendamaikan kini selalu membuat linangan airmata?
yang perhatiannya selalu membuat aku menyembunyikan senyum, justru sekarang mengemis pun belum tentu ku dapat.

aku menangis, bekata padanya "aku merindukanmu yang di awal, apa bisa seperti itu lagi?" "tidak" jawabnya. "jadi yang awal itu cuma topeng? pura-pura?" tangisku jelas pecah.
sedih, hanya milikku malam ini.
putus asa, menjadi temanku sekarang.
harapan, jelas adalah musuhku.

benar, sepenuhnya aku merindukannya.
kenangan-kenangan kemarin hadir seperti potongan film muncul di memoriku.
tiap potongan menjadi pisau tersendiri.

Tuhan, berdosakah aku memintanya pulang?
pulang padaku seperti awal kemarin?
aku berjanji akan lakukan apa saja,
asal kau kembalikan lagi malaikatku.

Tuhan, jika tugas malaikatmu selesai untukku.
bisakah aku minta satu hal?
jangan kirimkan lagi aku malaikatmu.
sampai luka ini benar2 hilang?
sirami aku rasa sabar dan kerelaan yang mendinginkan.

bukankah kau adil, Tuhan?

Selasa, 30 September 2014

Karena kau adalah yang ter-Paling

Jika begini, jika amarah terus-terusan menghukum sabar, lalu aku masih mencari.
Mencari ribuan alasan mengapa aku jatuh padamu, dulu dan mungkin hingga sekarang.
Jatuh pada hati yang tak pernah aku impikan bahwa itu adalah hatimu.
Jatuh pada hati yang cintanya luar biasa padaku.

Alasannya bukan karena engkau yang serba pertama. tetapi ialah engkau yang "paling".

Sayang,
engkau yang paling lama menjagaku berjam-jam duduk disamping menunggu aku bangun dari sakitku. bahkan lebih dari 4jam untuk beberapa putaran hari.

Sayang,
engkau yang paling tak pernah berkisah tentang masa lalumu dengan beberapa gadis yang tentu saja pernah kau titipkan hatimu pada mereka. sebab, katamu menjaga perasaanku adalah prioritasmu.

Sayang,
perhatianmu yang paling tulus teruntuk keluarga bahkan kesehatan Ibuku. bahkan hal-hal kecil yang sering aku abaikan, kau seperti "alarm bernyawa" kesayanganku.

Sayang,
kualitas sabarmu yang paling menjatuhkan aku pada muara hatimu. semua ego, amarah, dan kenakanku bagai cemilan harianmu. walau tak enak, pernah kau memuntahkannya? tidak! ya Tuhan, sungguh aku jatuh, sejatuh-jatuhnya.

Banyak hal "paling" lain yang membuat aku akhirnya takut untuk berdamai dengan takdir jika benar Tuhan hanya menitipkanmu padaku hanya dalam satu tarikan nafas.
Bukan aku tak ber-Iman. Hanya, memuncaknya perasaan membuat aku berusaha menjadikanmu seutuh-utuhnya masa depanku, hanya milikku.

Tak sedikit gambaran masa depan yang kita hembuskan bersama.  Pengharapan-pengharapan yang melayangkan jiwa terus pada tiap lapis-lapis langit, tinggi dan dari atas sana kita dapat jelas menonton masa datang bagai putaran film.

Sayang,
kau adalah salah satu hal yang paling spesial yang Tuhan hadiahkan sepanjang hidupku.

Ntah apapun alasanku,
kau adalah yang paling kucintai.